http://setengahbaya.info/bahaya-mengenakan-bra-kawat.html
Benarkah memakai bra berkawat meningkatkan risiko kanker payudara?
Dokter mengutip laman UAMS Health menyatakan bahwa jenis bra berkawat atau pakaian dalam ketat lainnya tidak ada hubungannya dengan risiko kanker payudara. Selain itu, belum ada bukti ilmiah yang mendukung rumor yang beredar di kalangan wanita. Jadi tidak ada perbedaan risiko antara wanita yang memakai bra berkawat dengan wanita yang memakai bra biasa atau tidak memakai bra.
Semua wanita berisiko terkena kanker payudara. Namun, ada faktor-faktor tertentu yang meningkatkan risikonya. Kanker payudara umumnya mengintai wanita yang kelebihan berat badan. Wanita yang kelebihan berat badan cenderung memiliki payudara lebih besar dan perlu memakai bra yang lebih ketat. Sedangkan wanita yang memakai bra biasa cenderung memiliki berat badan yang sehat. Perbedaan berat badan inilah yang mungkin menjadi alasan mitos ini terus beredar.
Baca juga: Bisakah Kanker Payudara Disembuhkan Tanpa Pengangkatan?
Faktor yang meningkatkan risiko kanker payudara
Jadi jelas bra berkawat tidak meningkatkan risiko kanker payudara. Yang perlu Anda waspadai, kanker payudara bisa saja mengintai wanita dengan beberapa faktor risiko berikut:
Usia. Risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia, dan sebagian besar kanker payudara didiagnosis setelah wanita mencapai usia 50 tahun.
Menstruasi lebih awal dan menopause lebih lambat. Wanita yang menstruasi sebelum usia 12 tahun dan menopause setelah usia 55 tahun cenderung memiliki paparan hormon yang lebih lama. Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Memiliki payudara yang padat. Payudara padat memiliki lebih banyak jaringan ikat dibandingkan jaringan lemak, sehingga wanita dengan payudara padat berisiko lebih besar terkena kanker payudara.
Riwayat penyakit payudara tertentu atau penyakit payudara non-kanker. Wanita yang pernah menderita kanker payudara lebih besar kemungkinannya untuk terkena kanker payudara untuk kedua kalinya. Beberapa penyakit payudara non-kanker, seperti hiperplasia atipikal atau karsinoma lobular in situ, juga sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium. Wanita yang memiliki ibu, saudara perempuan atau anak perempuan (kerabat tingkat pertama) atau beberapa kerabat dari pihak ibu atau ayah yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara.
Pengobatannya menggunakan terapi radiasi. Wanita yang menjalani terapi radiasi di sekitar payudara atau payudara sebelum usia 30 tahun berisiko lebih besar terkena kanker payudara di kemudian hari.
Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopause. Wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan wanita dengan berat badan normal.
Terapi hormon. Beberapa bentuk terapi penggantian hormon yang digunakan selama menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara jika digunakan lebih dari lima tahun. Kontrasepsi oral tertentu, seperti pil KB, juga terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
Minum alkohol. Penelitian menunjukkan bahwa risiko seorang wanita terkena kanker payudara meningkat jika semakin banyak alkohol yang diminumnya.
Merokok. Merokok menyebabkan sejumlah penyakit dan dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena kanker payudara pada wanita pramenopause.